MEDIAAKTUAL.COM – JENEPONTO :
Berkutat dipusaran kemiskinan dan ketertinggalan yang tak kunjung berubah signifikan, itulah potret kehidupan masyarakat Kabupaten Jeneponto.
Fenomena kemiskinan di daerah berjuluk Turatea tersebut, tentu saja berimplikasi pada kemajuan pendidikan lantaran banyak masyarakat tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya alias dropout.
Mirisnya, berdasarkan data terakhir yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel melalui laman resminya periode Desember 2024 menunjukkan, capaian pendidikan Kabupaten Jeneponto paling terendah di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Seperti diketahui, Pendidikan adalah salah satu dari tiga komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kemudian ada Kesehatan dan Standar Hidup Layak (Ekonomi).
Laporan BPS Sulsel menyebut, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) anak 15 tahun ke atas di Jeneponto adalah 7,01 atau hanya tamat kelas 1 SMP.
Indikator lainnya, Harapan Lama Sekolah (HLS) 12,14 tahun, atau hanya mengenyam pendidikan hingga akhir SMA atau awal diploma.
Baik RLS dan HLS, Jeneponto menjadi terbelakang dari 24 kabupaten-kota di Sulsel.
Ket Gambar : Potret kemiskinan di Jeneponto sangat berpengaruh pada pengembangan dunia pendidikan.
————————————-
Disusul Bantaeng dengan RLS 7,26 dan HLS 12,79.
Sementara RLS tertinggi, Kota Makassar 11,57 dan HLS 15,62.
Jeneponto, bahkan jauh dari rata-rata RLS nasional 9,22 dan HLS 13,21.
Fungsional Stastistisi Pertama BPS Jeneponto, Sri Rahmawati menjelaskan indikator IPM maupun komponennya merupakan bahan evaluasi dan perbandingan antar daerah.
Juga menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan manusia, bukan hanya ekonomi.
“Indikator yang dikeluarkan oleh BPS salah satunya berfungsi sebagai rambu atau peringatan kepada pemerintah apakah program atau kebijakan yang dijalankan sudah sesuai,” jelas Sri.
Selain capaian pendidikan, IPM Jeneponto pada 2024 menurut data BPS Sulsel masuk kategori sedang dengan nilai 69,45.
Meski begitu, Jeneponto tetap menjadi yang terendah atau berapa di peringkat 24.
Dengan kondisi tersebut, Kabupaten Jeneponto masih jauh tertinggal terutama di aspek kesehatan, pendidikan dan pendapatan hidup per kapita.
“Problema ini mesti disikapi cepat, kalau bisa diprioritaskan di pemerintahan Paris-Yasir. Ingat, Jika sektor pendidikan kurang dibenahi, praktis IPM juga lebih terpuruk. Kalau tidak, jangan mimpi mewujudkan Jeneponto Bahagia sebagaimana ekspektasi program visi-misinya,” tukas seorang praktisi pendidikan yang berdarah Jeneponto.(bs/red)
REDAKTUR : Mustafa