banner 970x250
banner 970x250 banner 325x300
OPINI

Kemenangan Diliputi ‘KECURANGAN’ Dalam Pilkada

Refleksi Atas Demokrasi yang Terluka Oleh : Agus Salim Dg Ngago

banner 970x250 banner 970x250

MEDIAAKTUAL.COM – GOWA :

Rekrutmen pemimpin melalui demokrasi yang sehat merupakan landasan penting bagi terciptanya pemerintahan yang efektif dan berorientasi pada kepentingan rakyat.

banner 468x60

Demokrasi yang sehat bukan hanya soal proses pemilihan, tetapi juga mencakup nilai-nilai keadilan, transparansi, partisipasi publik, dan akuntabilitas.

Dalam konteks ini, pemilihan pemimpin harus menjadi sarana untuk memilih individu yang kompeten, memiliki integritas, dan mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat.

Proses demokrasi yang sehat memastikan bahwa setiap kandidat pemimpin dipilih berdasarkan kapasitas, visi, dan komitmennya terhadap rakyat, bukan karena kepentingan politik sempit atau praktik koruptif.

Demokrasi yang sehat memberikan ruang bagi masyarakat untuk menilai calon pemimpin secara objektif melalui debat publik, kampanye yang beretika, dan mekanisme pengawasan yang kuat.

Dalam demokrasi yang sehat, rekrutmen pemimpin harus bebas dari politik uang dan manipulasi. Pemilih diberdayakan melalui pendidikan politik yang mendorong mereka untuk memilih berdasarkan program dan visi calon, bukan karena janji-janji populis semata.

Hal ini, menciptakan ekosistem politik yang mendukung keberlanjutan pembangunan.

Namun, praktik demokrasi sering kali dihadapkan pada tantangan seperti politik transaksional, penyebaran disinformasi, dan rendahnya partisipasi publik yang kritis. Tantangan-tantangan ini merusak esensi demokrasi dan membuka peluang bagi lahirnya pemimpin yang kurang kompeten atau tidak berpihak pada rakyat.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan reformasi sistem pemilu, penguatan institusi demokrasi, dan penerapan sanksi tegas terhadap pelanggaran.

Selain itu, media dan masyarakat sipil harus memainkan peran aktif dalam mengawasi proses demokrasi dan meningkatkan literasi politik rakyat.

Rekrutmen pemimpin yang ideal hanya dapat tercapai jika demokrasi berjalan secara sehat.

Beberapa langkah strategis yang dapat diambil meliputi :

Pertama, penguatan sistem pemilu yang adil. Transparansi dalam penghitungan suara dan pembatasan politik uang.

Kedua, peningkatan pendidikan politik Membekali masyarakat dengan pemahaman yang lebih baik tentang hak dan tanggung jawab demokrasi.

Ketiga, penyaringan kandidat Mekanisme untuk memastikan calon pemimpin memiliki rekam jejak yang bersih dan kompeten.

Keempat, peningkatan partisipasi publik : melibatkan lebih banyak masyarakat dalam pengambilan keputusan, bukan hanya saat pemilu tetapi juga dalam proses pemerintahan.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, rekrutmen pemimpin melalui demokrasi yang sehat akan menghasilkan pemimpin yang mampu membawa bangsa ke arah kemajuan, stabilitas, dan kesejahteraan bersama.

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) seharusnya menjadi wujud nyata dari demokrasi, di mana rakyat memiliki hak untuk memilih pemimpin terbaik yang dapat membawa perubahan positif. Namun, kemenangan yang diliputi oleh kecurangan bukan hanya mencederai keadilan, tetapi juga meruntuhkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem demokrasi itu sendiri.

Kecurangan dalam pilkada dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti manipulasi data, politik uang, penggunaan aparat negara untuk kepentingan politik, hingga intimidasi terhadap pemilih.

Ketika kemenangan diperoleh melalui cara-cara curang, nilai-nilai demokrasi terabaikan, dan suara rakyat yang seharusnya menjadi penentu justru dipermainkan oleh segelintir pihak yang haus akan kekuasaan.

Fenomena ini memberikan dampak yang serius. Pertama, masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap proses politik dan penyelenggara pemilu.

Ketidakpercayaan ini dapat berujung pada apatisme politik, di mana warga enggan lagi berpartisipasi dalam pemilu karena merasa suaranya tidak berarti.

Kedua, legitimasi kepemimpinan hasil kecurangan menjadi dipertanyakan.

Pemimpin yang menang dengan cara yang tidak bersih cenderung sulit mendapatkan dukungan luas dari masyarakat, yang pada akhirnya menghambat proses pembangunan dan pelayanan publik.

Selain itu, kemenangan yang dicapai melalui kecurangan mencerminkan lemahnya penegakan hukum dan pengawasan terhadap proses pemilu.

Hal ini menunjukkan bahwa reformasi dalam penyelenggaraan pilkada masih sangat diperlukan. Transparansi, pengawasan independen, dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kecurangan harus menjadi prioritas utama.

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mencegah kecurangan.

 Dengan meningkatkan kesadaran politik, menolak politik uang, dan berani melaporkan indikasi pelanggaran, rakyat dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga integritas demokrasi.

Pada akhirnya, kemenangan yang diraih melalui kecurangan hanyalah kemenangan semu.

 Pemimpin yang sejati adalah mereka yang memperoleh mandat dari rakyat secara jujur dan adil, bukan dengan cara-cara yang mencederai demokrasi.

Pilkada yang bersih bukan hanya tentang memenangkan pemilu, tetapi juga tentang memenangkan kepercayaan dan harapan rakyat demi masa depan yang lebih baik.(red)

PENULIS : Dosen Universitas Pepabri Makassar

banner 970x250 banner 970x250