banner 970x250
banner 970x250 banner 325x300
OTOMOTIF

Solusi Pemkot Makassar, Konyol !

banner 970x250 banner 970x250

Terkait Rencana Balapan Resmi Selama Ramadhan

banner 468x60

MEDIAKTUAL.COM – MAKASSAR :

Entah apa yang menginspirasi dan menjadi pertimbangan Walikota Makassar Moch Ramdhan Pomanto, sehingga mengajak  kawula muda atau remaja yang gemar balapan liar untuk melakukan balapan resmi di jalan raya.

Meski kebijakan Danny, sapaan akrab walikota ini, menuai kontroversi publik, namun Walikota dua periode itu tetap berjibaku memberikan ruang atau sirkut untuk balapan.

Artinya, dari pada para pembalap liar ini meresahkan dan mengganggu ketenangan masyarakat, mending diberi ruang menyalurkan hobbinya.

“Kaum remaja inikan rentan bergejolak,  cenderung emosional dan sensasional serta butuh perhatian. Nah, ruang-ruang pendekatan ini yang coba kita lakukan sehingga penyaluran hobinya terarah dan terkontrol,” ujar Danny Pomanto.

Gelaran kompetisi balapan resm ini, katanya, rencana pekan ini selama Bulan Ramadan, yang bertajuk ‘Lantang Bangngia Street Race’.

Tidak tanggung-tanggung, walikota menjanjikan pemenang utama bakal kejatuhan durian runtuh berupa hadiah satu unit motor.

Tapi, itu rencana hadiahnya karena butuh sponsor. Apalagi, dananya memang tidak ada kecuali darindana pembinaan kepemudaan (Dispora).

Lokasi sirkuit, dihelat di kawasan atau ruas Jalan AP Pettarani  Sulawesi Selatan.

“Iya, pekan depan. Kita sudah rapat dengan IMI (Ikatan Motor Indonesia), penyelenggara dan Kadispora,” bebernya

Rencana balapan resmi inipun, diakui walikota,  telah mendapat persetujuan Kapolrestabes Makassar.

Hanya , katanya, ditekankan agar lampu penerangan di lokasi balapannya nanti dimaksimalkan.

“Saya sudah koordinasi juga dengan Kapolrestabes, beliau sudah setuju. Usulan beliau tentang penerangan yang harus ditambah agar supaya betul-betul standar keselamatan,” pungkas Danny Pomanto.

Dikatakan, lokasi balapannya di ruas Jalan AP Pettarani Makassar, Kecamatan Panakkukang.

Tempat itu dipilih, terangnya, mempertimbangkan lokasinya yang berada di tengah kota, dengan harapan bisa dijangkau warga.

“Akhirnya kita pilih Jalan Pettarani, karena pertimbangannya semua di tengah, kalau kita taruh di (Jalan) Tanjung Bunga, orang dari Utara setengah mati,” katanya.

Jadwal pelaksanaannya dimulai tengah malam hingga menjelang sahur serta diyakini tidak mengusik ketenangan dan keamanan warga.

“Malam jam 12 (malam) supaya tak mengganggu orang dan (digelar) pada segmen anak-anak suka balap liar, jam 12 sampai subuh jam 3 sahur,” tukas Walikota Danny Pomanto.

Sayangnya, rencana balapan tersebut justeru disorot Sosiolog Unhas DR Sawedi Muhammad M.Sc, yang  menilai itu sebagai solusi yang konyol.

“Walikota Makassar telah mengalami disorientasi serius atau bahkan megalomaniac dalam membangun kota. Megalomaniac. Ini sangat parah karena menawarkan solusi konyol terhadap masalah serius yang dihadapi kota ini, dan solusi itu dianggap paling benar berdasarkan penilaian sendiri,” ungkapnya.

Ditegaskan Sawedi, tidak semua balapan liar solusinya dengan menyiapkan sirkuit atau arena balap.

Apalagi, sampai menjadikan jalanan protokol sebagai arena untuk memfasilitasi minat balap masyarakat.

“Apakah jalan Pettarani memenuhi syarat untuk arena balapan, bagaimana sekiranya ada yang kecelakaan bahkan sampai meninggal dunia, siapa yang tanggung jawab,” tukasnya mengingatkan.

Sawedi pun dengan lantang menilai, Walikota Danny tidak memahami kondisi ril yang dihadapi anak-anak muda di kotanya. Sehingga solusi yang ditawarkan kemudian tidak solutif.

“Karena tidak memahami akar masalah, maka solusinya pasti short cut,” sentilnya.

Ingat, imbuh Sawedi, menggelar  balapan di jalan protokol itu akan ada dampak sosial yang meluas, termasuk mengganggu aktivitas pengguna jalan dan warga setempat.

“Artinya, sangat memprihatinkan kalau seorang Walikota memberi solusi instan pada persoalan akut-menahun yang dialami kota ini, solusi yang justru akan mencelakakan warganya,” jelas Sawedi.

Konklusinya, adanya  balapan liar hingga tawuran di Kota Makassar menandakan bukti kegagalan kepemimpinan dari Pemko dalam memulihkan berbagai penyakit sosial.

“Alih-alih untuk menyembuhkan justeru pemkotnya ikut-ikutan sakit,” sorot Sosiolog Sawedi Muhamnad.(dc/red)

KORLIP : Mansur – Anwar – Darla

EDITOR : Mustafa

banner 970x250 banner 970x250