Penilaian Dua Pekerja Seni, Mas Cip dan Yudistira
MEDIAKTUAL.COM – MAKASSAR :
Dua pekerja seni yang tak henti gelisah akan bagaimana seharusnya setiap kegiatan atau event kesenian diserbu masyarakat jika digelar.
Hal inilah, yang sering dipikirkan kedua pengamat dan pelaku seni Yudistira Sukatanya dan Baghwan Ciptoning.
Ditemui secara berpasangan Nurlina Syahrir- Mas Cip – Dewi Ritayana – Yudistira dikedai kopi, keduanya mengakui kalau hal yang sangat lemah dimiliki group, kelompok maupun Sanggar Seni di Sulawesi Selatan, terutama di Makassar, adalah sisi Managemen Kesenian dan berkesenian ( dalam pelaksanaan kegiatan seni ,red).
“Ini yang kita masih lemah ” tukas keduanya.
Yudistira seniman yang membawa sukses Sanggar Merah Putih dalam berbagai event secara terang mengemukakan, para sahabat seniman banyak gagal karena amburadulnya perencanaan organisasi.
“Mereka kerja setengah, tidak tuntas, ya, hasilnya juga setengah. Dan ini hukumnya, sesuatu yang dikerjakan setengah-pastilah hasilnya separuh” jelas penulis novel Surat Maut dari Sel Wolter Monginsidi.
Sementara, suami maestro tari Nurlina Syahrir hampir senada .
Ia menilai ada ‘ ke-aku-an ” dari adik- Adik seniman yang merasa mampu berbuat meski tak ada pihak ketiga yang mendukungnya.
Padahal, katanya, dikondisi sekarang sudah tidak laku lagi pemikiran demikian.
Sekarang, saran Mas Cip, kegiatan harus dikerjakan secara kolaborasi – tidak tunggal.
Cuma, caranya melibatkan pihak ketiga atau sponsor memang tidaklah sederhana.
“Ibarat pintu teknologi, kita dipaksa masuk ke dalamnya – sudak konsekuensi bila ingin direkeng sebagai seniman dan pekerja seni,” terang Mas Cip yang sudah beberapa kali mengexpose karya diluar negeri seperti di India, Jepang, Thailand dan California.
Kedua pekerja seni yang tak pernah lelah ini, mengharapkan pula adanya keterlibatan pemerintah untuk turun lapangan mendukung dan memberi motivasi pada group dan sanggar seni.
Artinya, jelas dia, jangan nanti diminta keterlibatan seniman saat ingin menghibur tamu negara yang datang,
“Ini juga yang tidak benar padahal pemerintah punya tanggung jawab yang tidak ringan terhadap pelestarian seni dan budaya didaerahnya masing-masing,” sindirnya.
Tanpa pretensi macam-macam, Yudistira Sukatanya, mengapresiasi salah satu instansi yakni Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulsel yang ditengah lesunya kegiatan kesenian karena Pandemi covid 19, justru mereka terus bekerja sama sejumlah group dan seniman individu untuk berkarya dan menggelar kegiatan seni.
Seperti, sebutnya, bedah buku dan salah satunya program secara rutin diselenggarakan adalah S3 – Sastra Sabtu Sore.
“Insyaallah jika tak ada aral melintang kembali di gelar S3, Sabtu 12 Juni 2021 di taman baca perpustakaan Tala Salapang Makassar, pukul 15.30 dengan menampilkan penyair Agus.K.Saputra ( Karyawan Perum Pegadaian Makassar), Dr Asis Nojeng, Akademisi/pegiat literasi, Damar Al Manakku/ penyair dan Rusdin Tompio/ Penggiat literasi sekaligus bertindak selaku moderator.(AH-Buloa/red)